5 Puisi Naning Scheid
Tentang Kaum Hawa
Perempuan…
Kembang aroma kehidupan
Dipuja saat bermekaran
Dibuang saat berguguran
Perempuan..
Moleknya di bingkai pajangan
Lekuknya diperbincangkan
Gagasannya tak disuarakan
Wanita-wanita…
Penopang tanggung jawab akhlak dunia
Setengah hidupnya tunduk pada orang tua
Setengahnya pada suami dan keluarganya
Wanita-wanita…
Rumit, sama tapi berbeda
Cintanya bak madu syurga
Pedihnya janjikan racun neraka
Pelakor, WIL, atau orang ketiga
Sebutan dari wanita untuk wanita
Mengagungkan sucinya pria
Mencaci sesamanya.
Brussels, 8 Maret 2018 – Refleksi di Hari Perempuan International
Mimpi yang Berduri
Mengeja asa dengan bibir terbata
Berpangku dzikir dan doa
Kerinduan, mengalir dari hati
Membuah airmata yang jatuh ke pipi
Nak, aku memikirkanmu tiap waktu
Membentang harap terbaik untukmu
Nak, betapa kangenku berujung sendu
Berhitung harimu demi uang kirimanku
Suamiku, adakah setiamu ?
Sering kau online tapi tidak denganku
Benar, aku mengerti kesepianmu
Tapi mengertikah kau kepedihanku ?
Bergelut dengan musim yangt tak sama
Budaya berbeda menjadi siksa
Lidahku kelu tanpa nasi sehari tiga kali
Cambukan disaat majikan tidak hepi
Luput dinodai adalah kebahagiaan
Hari tanpa senyum adalah kebiasaaan
Kualitas kerjaku tak pernah dihormati
Dianggap normal, tanpa bonus saat digaji
Di negeri asing, kutanam mimpi penuh duri
Biarlah menusukku sendiri
Kubalut dengan kasa kesabaran
Karena masa depan keluarga butuh pengorbanan.
Brussels, 8 Maret 2018 – Empati untuk para pekerja wanita hebat di luar Indonesia
Surat untuk Ibu
Sekarang, kau bebas berlari ibuku sayang
Jiwamu ringan, terbanglah kau terbang
Raga sakitmu tak lagi membelenggu
Kemarilah, datangi kami semaumu
Tak perlu lagi kau pikirkan prosedur apapun
Passport, jenis Visa atau Medical test sekalipun
Tak ada lagi hukum batas negara yang menghalangi
Menengok kehidupan kami, melihat kebahagiaan kami
Sungguh, engkau tak lagi sendiri ibuku
Engkau bersama orang-orang yang menyayangimu
Bersama orang tuamu, bersama ayahku, suamimu
Kubayangkan bahagiamu dalam imajinasiku
Ibu, maafkan anakmu…
Tak mampu menemani di saat-saat terkhirmu
Seandainya aku bisa memutar waktu
Tentu saat itu, aku akan bersamamu, selalu
Datangku, beberapa jam setelah ragamu disemayamkan
Aku terlambat, memberi kecupan terakhir
Rinduku, cintaku, sayangku belum tuntas kukatakan
Sesalku dan berontakku pada takdir
Masih teringat terakhir kali kita bertemu
Antusiasmu melihat anak-anakku
Gelak tawamu bermain dengan cucu-cucumu
Itulah kenangan terindah tentangmu
Selamat jalan ibu…
Kelak kita pasti bertemu.
Brussels, 8 Maret 2018 – Penyesalan anak rantau di hari pemakaman sang Ibu
Tentang Sri
Magnolia pertama menawarkan gairahnya,
nafas baru kebebasan kau hirup di dunia biru, Sri
Ketika tapakmu terus melaju, gerbang kota menyambutmu
semilir angin musim semi menyulut harap
mimpi masa depan tak lagi berjarak
Sri, wangimu adalah senyum yang mengental
gincu, baju dan alis baru yang ditawarkan di butik-butik megapolitan
tak serta merta mencengkeram nafsu, giur pun liurmu.
Sahaja paradigma menderu,
melaju,
lahir di rahim pemahamanmu
membeda tiap sikap,
budaya,
dengan mata kasih sayang.
Sri, cermin tua di sudut jendela kampung halaman
masih mengenalimu,
wanita jawa dengan akal budi yang tak tercemari
Sri, engkaulah Sang Pemanah
bidikanmu adalah masa depan
rumah kebahagiaan dan kebersamaan
harmoni mata angin
perkawinan barat dan timur dalam keindahan.
Sri, waktu hanya detik-detik membara di siang dan malam
teruslah menapak
di dunia asing yang tak lagi asing
lalu, pulanglah
ketika kampung halaman lapar akan gagasan
haus akan hakekat ilmu
disanalah untaian melodi bakti untuk negerimu.
Brussels, 5 April 2018 – Sajak untuk Srikandi-Srikandi Indonesia
Bahasa Cinta
Ejaan pemahaman yang disempurnakan
menuturkan hanya keindahan
Abjad-abjad kebenaran terangkum anggun
dalam selaras diftong, koma dan titik
Kepercayaan terbaca lantang
menyusuri tiap jeda
menutur tiap sabar
Dalam rupa kanak-kanak, kami belajar
membaca kalimat cinta dengan kasih
mengeja kekuatan doa di tiap sudut linguistik
menyusun kata-kata suci
menghindari konfrontasi verbal,
menyakiti,
mengotori.
Dalam rupa kanak-kanak, kami mengerti
Logat dialek bukan bahan ejek
dialah nyanyian bijak
dongeng jiwa-jiwa besar
di malam penuh cemas
Kata-kata serapan, konsonan pun vokal bersinergi lembut
dalam tiap ucap
menguntai makna
membuka jendela percakapan dalam suara semesta
memahami perbedaan
memaknai keakraban
Dalam rupa kanak-kanak, kami berguru
bahasa jiwamu
bahasa budimu
bahasamu, Ibu…
Brussels, 5 April 2018 – Sajak untuk Seluruh Ibu Indonesia di manapun engkau berada.