Eden, Melankolia puisi Naning Scheid terpilih dan masuk ke dalam buku antologi puisi When The Days Were Raining – Belahan Pertama pada pesta literasi musim hujan Banjarbaru Rainy Days Festival 2019
Eden, Melankolia
Dalam rupa musim panas, jalan setapak hijau bersemak
menyelimuti dada telanjang di sepanjang selat Gibraltar
Matahari di atas kastil memekik, memanggil kita
yang memunggungi hujan, bersembunyi dan menahan tawa
di bawah pohon zaitun tua
Aku, bergaun putri eden, berenda biru langit –
secantik Samudera Atlantik
châtelaine1) perak kubiarkan menggantung lepas;
hanya hatiku yang terkunci
Kau, berjubah galaksi Andromeda
berkemeja putih; satu kancing terbuka
menunjukkan warna kulitmu yang sempurna –
serupa pasir pesisir Valensia
Ketika angin kering berdansa flamingo,
menderai satu ikatan rambutku
tanganmu melengkungkan helainya ke belakang telinga
“Mari bermain petak umpat,” bisikmu
Segera aku berlari menuruni tangga kastil
menuju ke kedalaman bumi
menyurusi labirin gelap, lembab
Saat gaduh di surga memanggil namaku
Mulutku terlipat, tak ragu aku membisu
karena ku tahu bukan kau yang menyeru
Ribuan waktu telah berlalu
rambutku memutih satu persatu
lelah bersembunyi aku
tapi kau, tak jua menemukanku!
Brussel, 2019
1) Châtelaine: perhiasan rantai yang diikatkan di pinggang biasanya berbentuk kunci, hati atau bermata mutiara.
Eden, Melankolia telah diterjemahkan ke dalam empat bahasa lainnya: bahasa Jawa, Inggris, Prancis dan Belanda. Kesemuanya terangkum dalam buku antologi tunggal pertama Naning Scheid berjudul MELANKOLIA – Puisi dalam Lima Bahasa diterbitkan oleh Pustaka Jaya