ALEKSANDRINA: Struktur Puisi Klasik Teristimewa

Di Prancis, Aleksandrina diyakini sebagai struktur paling istimewa, paling bangsawan, paling ningrat di antara struktur puisi lainnya. Lazimnya Aleksandrina dikombinasikan dengan soneta hingga terkenal dengan nama Soneta Aleksandrina. Naning Scheid Penggunaan Aleksandrina sangat terikat oleh matra atau penghitungan jumlah suku kata. Pada tiap larik terdapat 12 suku kata: terdiri dari dua hemistis atau sub-larik / separuh larik, tiap hemistis berisi beberapa coupe atau penggal larik dan caesura atau jeda larik. Rima yang digunakan biasanya adalah rima berpeluk: saling bertautan antara rima kata maskulin dan rima kata feminin. Awal kemunculannya adalah pada Abad ke-12, tapi mulai berjaya di Abad ke-16 pada Era Pléiade oleh penyair Jean-Antoine de Baïf dan Pierre de Ronsard. Revolusi terhadap struktur Aleksandrina yang terlalu mengekang terjadi pada Abad ke-19 di Era Romantisme, dipimpin oleh Victor Hugo. Ketika itu para penyair senior Era Siècle des Lumières mengecam Hugo sebagai anak muda yang sok gagah-gagahan mengubrak-abrik struktur Aleksandrina. Namun, gerakan revolusi literasi tersebut tidak lagi bisa dibendung. Penyair lainnya seperti Baudelaire, Mallarmé, Verlaine, Rimbaud, Apollinaire mengikuti jejak Hugo. Dari Era Parnasse, Symbolisme, Naturalisme hingga Era Surréalisme semakin mendeskonstruksi dan mendistorsi struktur asli Aleksandrina. Meskipun begitu keindahan puisi para revolusioner tidak dapat diragukan lagi baik secara estetika maupun secara teknik.

Struktur Klasik Soneta Aleksandrina

Pertama-tama yang perlu diperhatikan adalah struktur soneta, kemudian ditambah struktur Aleksandrina. Pada umumnya soneta terdiri dari 14 baris di mana dua bait pertama berisi kuatren (sajak empat larik) dan dua bait kedua berisi terzina (sajak tiga larik). Dan apabila kita tambahkan dengan struktur Aleksandrina, maka apabila dirumuskan akan tampak seperti ini:

2 x kuatren (+) 2 x terzina ;

Tiap larik:12 suku kata, 2 hemistis.

Tiap hemistis: coupe (+) caesura.

Rima soneta bisa berupa:

  • rima bersilang ABBA ABBA CCD EED seperti soneta Italia

  • rima berpeluk ABBA ABBA CCD EDE seperti soneta Prancis

  • rima tak sempurna AABB CDCD EFE GGF

  • dsb.
Ilustrasinya seperti ini:

hemistis 1 hemistis 2

I—————–I——————I

x-x-x ¦ x-x-x | x-x-x ¦ x-x-o (A) 12 suku kata, rima akhir feminin

3 + 3                    3 + 3

x-x-x ¦ x-x-x | x-x-x ¦ x-x-v (B) 12 suku kata, rima akhir maskulin

3 + 3                     3 + 3

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (A) : idem di atas

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (B)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (A)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (B)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (A)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (B)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (C)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (C)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (D)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (E)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (E)

x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x-x (D)

¦ = coupe atau penggal larik

| = caesura atau jeda larik

I = hemistis atau tanda separuh larik.

x = perhitungan suku kata

v = kata berjenis maskulin

o = kata berjenis feminin

Agar lebih jelas, akan saya ambilkan contoh puisi Pierre de Ronsard:

Sur La Mort de Marie

Comme on voit sur la branche | au mois de Mai la rose (A) En sa belle jeunesse, | en sa première fleur (B) Rendre le ciel jaloux | de sa vive couleur, (B) Quand l’Aube de ses pleurs | au point du jour l’arrose: (A)

La grâce dans sa feuille, | et l’amour se repose, (A) Embaumant les jardins | et les arbres d’odeur : (B) Mais battue ou de pluie, | ou d’excessive ardeur, (B) Languissante elle meurt | feuille à feuille déclose: (A)

Ainsi en ta première | et jeune nouveauté, (C) Quand la terre et le ciel | honoraient ta beauté, (C) La Parque t’a tuée, | et cendre tu reposes. (D)

Pour obsèques reçois | mes larmes et mes pleurs, (E) Ce vase plein de lait, | ce panier plein de fleurs, (E) Afin que vif, et mort, | ton corps ne soit que roses. (D)

Contoh dari dua larik dari soneta di atas:

hemistis 1                                    hemistis 2

I—————————————-I———————————–I

La grâce ¦ dans sa feuille, | et l’amour ¦ se repose, (A, rima kata feminin)

      2       +            3              |         3         +         2 

        (caesure)                                 (caesure) Embaumant ¦ les jardins | et les arbres ¦ d’odeur : (B, rima kata maskulin)

         3            +         2       |          3           +        2

Jujur, akan sangat panjang dan membosankan apabila saya teruskan penjelasan teknik Aleksandrina. Yang perlu diperhatikan adalah sejarah awal hingga perombakan struktur asli Aleksandrina. Pengetahuan akan hal ini saya harapkan menjadi kekayaan ilmu bagi para penyair masa sekarang. Apalagi para penyair yang bermimpi membuat genre baru struktur puisi 😉

Di bawah ini adalah contoh kecil bagaimana Hugo, Baudelaire Verlaine, Rimbaud, Apolinnaire mendistorsi struktur Aleksandrina asli:

J’ai disloqué | ce grand niais | d’alexandrin – Hugo

Mon cœur, | comme un oiseau, | voltigeait | tout joyeux – Baudelaire

Et la tigresse épouvantable d’Hyrcanie | – Verlaine

Fileur éternel | des immobilités bleues | – Rimbaud

Apollinaire

Soneta Aleksandrina Apollinaire. Sumber foto: pinterest Emma MRD

Kesimpulan

Soneta Aleksandrina disederhanakan dengan rumus:

Puisi 14 baris, tiap baris memuat 12 suku kata

Penggunaan Soneta di Indonesia

Menurut Wikipedia puisi Indonesia, soneta masuk ke tanah air dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat soneta Prancis, Italia, maupun Inggris. Soneta di Indonesia lebih mempunyai kebebasan jumlah suku kata tiap lariknya dengan rima tidak sempurna.

Saya mencoba mencari jejak soneta aleksandrina di Indonesia tetapi tidak saya temukan. Asumsi saya, struktur aleksandrina memang tidak pernah masuk atau dipraktekkan di Indonesia.

(Apabila Anda sebagai pembaca menemukan asumsi baru, alangkah gembiranya jika Anda bisa menghubungi dan mendiskusikan hal ini dengan saya.)

Berikut salah satu soneta Indonesia:

GEMBALA
: Muhammad Yamin
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a ) 11 suku kata
Melihat anak berelagu dendang ( b ) 11
Seorang saja di tengah padang ( b ) 10
Tiada berbaju buka kepala ( a ) 11
Beginilah nasib anak gembala ( a ) 11
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b ) 11
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b ) 11
Pulang ke rumah di senja kala ( a ) 10
Jauh sedikit sesayup sampai ( c ) 10
Terdengar olehku bunyi serunai ( c ) 11
Melagukan alam nan molek permai ( c ) 11
Wahai gembala di segara hijau ( d ) 11
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( d ) 13
Maulah aku menurutkan dikau ( d ) 11
Saya pernah bereksperimen menulis setidaknya tiga soneta aleksandrina. Tentu saya tidak menggunakan struktur klasik yang sangat ketat, tapi dengan patokan 14 larik dan 12 suku kata tiap lariknya. Hasilnya seperti ini:

PENYAIR SAMPAH

: Naning Scheid

Ketika Media Yang Maha Kuasa (a) 12 suku kata

Menetapkan sabda maklumat tertinggi (b) 12

Aroma anyir darah Penulis, juga (a) 12

Penyair, muncrat di Penjagalan Suci (b) 12

Syah Datuk penjaga kuil peradaban (c) 12

Kadang memegang perihal melebihi (b) 12

Batas hak. Menyuapi selera diri (b) 12

Menyapu pemikiran dan perbedaan. (c) 12

Penulis dan Penyair yang dibesarkan (c) 12

Matahari, serta peri-peri diksi (b) 12

Menjelma Athena, Dewi Kebijakan. (c) 12

Pikun hikayat kisah, Syah Datuk lupa (a) 12

Bahwa Baudelaire, Verlaine, dan Rimbaud, pernah (d) 12

Terkutuk. Dan menjadi penyair sampah! (d) 12

Brussel, Juli 2020

Soneta Aleksandrina

Bagaimana apabila saya undang Anda untuk mencoba menulis soneta aleksandrina? Siapa tahu ada sponsor dan dibukukan?

Di lain kesempatan saya ingin membicarakan seputar sejarah puisi lirik sebagai aspek pengungkapan puisi yang sangat sering digunakan dari generasi ke generasi. Namun, kali ini saya tutup ulasan ini dengan gaya Aleksandrina:

Sruput kopi dulu dan jangan termangu

Ambil pensil Anda, tulislah soneta

Salam dari Belgia,

Naning Scheid

1 Comment