Puisi Semarangan

Puisi Semarangan

Senandung Warag Ngendhog*

Sore mendung seorang ayah dan putrinya
menapaki keramaian Kauman saat Dugderan*

“Ayah, belikan aku satu”
rengek si bungsu
“Kau nikmati saja Warag itu dengan matamu, Cah Ayu”
tertatih kata ayah, sayu

Derita pegawai negeri kelas teri
penuh nurani
menghindar diri dari korupsi
meski rengek sang putri menyayat perih hati

  • Warag Ngendhog : mainan anak-anak dengan wujud hewan, kepalanya menyerupai naga khas kebudayaan dari etnis Tionghoa, tubuhnya berbentuk layaknya onta khas kebudayaan dari etnis Arab, keempat kakinya menyerupai kaki kambing khas kebudayaan dari etnis Jawa. Simbol persatuan dari berbagai golongan etnis di Semarang.
  • Dugderan :festival untuk menandai dimulainya ibadah puasa di bulan Ramadan yang diadakan di kota Semarang

Brussel, 21.10.18

Antara Kau, Aku dan Kuah Mie Kopyok

Duduk berhimpit di bangku tua peninggalan Belanda
Sejumput mie basah dan kecambah
Lirikan mata
Senyum gairah
Bersenandung lirih dengan tahu pong – lontong

«Ahhh…» katamu sambil menyeka tetes kenikmatan
«Hmmm…» jawabku merona kepuasan
«Untukmu Sayangku, kuah bercabe mie kopyok-ku»

Begitulah, kau dan aku saling berbagi
Demikianlah, dalam kuah pedas kehidupan saling menyayangi

  • Mie Kopyok : kuliner Khas Semarang

Brussel, 21.10.18


Tragedi Tahu Gimbal

Malam minggu setahun yang lalu, kita memadu janji suci.
Rendez-vous romantis pukul tujuh.
Sepiring berdua, sesendok bersama – menikmati tahu gimbal Simpang Lima.

Meski riuh debat kampret – cebong membahana, pengamen negeri minta upeti; untuk puja pun dampratnya pada negara
Kita bersumpah, super acuh – demi utuhnya cinta kita.

Tik-tak jam bergerak lamban
Enggan berlari meski inginku inginmu menderu
Berhitung hari hari syahdu
Menitip rindu wajah sempurna yang terpisah jarak dan samudera

Oh abang sayang, adakah siksa yang sama,
Andaikau pandang aku, kau pasti pahami gugupku,
Dengarlah detak jantungku, menggelegar tak menentu,
kala kusebut namamu….

Alam melihat kita, geleng geleng kepala.
Cemas akan ketidakwarasanku padamu
Seketika, diare menyerangku, demam pun menyambangimu, dihari penentu.

Cita cita kita terpasung takdir
Menggumam umpat di titik nadir
Kecoak, cicak, biawak menertawakan tragedi
Elegi rasa stand-up-comedy

Hanya di ruang rindu, rasa itu bertemu
Saat malam temaram, dingin menelisik
Neraka yang asik

Biar, biarkan saja garis hidup menentang pertemuan kita
Satu yang perlu kau tau
Kaulah pemilik hatiku.

Brussel, 01.05.18

Koleksi Puisi Naning Scheid yang lain:
Puisi Romantis Puisi Dedikasi Puisi Obscure Puisi Sedih Puisi Masygul Puisi Satire Puisi Lebay Puisi Gokil Puisi Galau

11 Comments